Istilah demokrasi yang telah dicetuskan jauh sebelum perkembangan teknologi mendominasi kehidupan kita seperti sekarang, pada dasarnya adalah suatu reaksi atas penindasan yang dilakukan oleh tirani kekaisaran. Semboyan-semboyan Revolusi Perancis (liberte, egalite et fraternite) umumnya dipandang sebagai variabel demokrasi yang harus ditegakkan.
Demokrasi liberal telah menempatkan variabel kebebasan (liberte) sebagai unsur utama, sehingga seringkali mengecilkan peran persamaan (egalite). Demokrasi rakyat yang dijalankan oleh negara-negara sosialis lebih menekankan persamaan (egalite) dan menghilangkan kebebasan individu. Yang terakhir adalah unsur persaudaraan (fraternite) yang diungkapkan dalam penghargaan terhadap hak asasi manusia yang ternyata sering diabaikan oleh banyak penguasa.
Karena fenomena yang begitu abstrak maka belum pernah ada kata sepakat mengenai bentuk demokrasi yang paling ideal untuk Indonesia.
Dalam pelaksanaan demokrasi (termasuk liberal maupun sosialis) unsur komunikasi merupakan faktor yang dominan dalam pembentukan kelembagaan secara struktural. Apapun namanya, mekanisme penyaluran suara rakyat harus dikomunikasikan melalui berbagai tingkatan perwakilan dan kadang-kadang harus melalui proses yang panjang, sehingga besar kemungkinan keinginan akar rumput tidak pernah terdengar sampai kepuncak pimpinan pelaksanaan karena distorsi dan gangguan (noise) sistem komunikasi telah merubah warna maupun bentuk informasi.
Lalu peranan apa yang diharapkan dari teknologi? Kemajuan teknologi yang paling pesat diakhir abad ke 20 ini adalah dibidang telekomunikasi dan informatika, sebagai produk lanjutan dari teknologi elektronika.
Fenomena kemajuan teknologi akan merupakan buah simalakama bagi pelaksana demokrasi yang masih berorientasi kepada kekuasaan. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai akibat kemajuan teknologi informatika, yang menurut Majid Tehranian (Professor pada Dept. of Communication, University of Hawaii at Manoa) dapat dipahami melalui penggunaan "technostructuralist-perspective" yang terdiri atas enam karakteristik yaitu:
1.Interactivity
Komunikasi vertikal yang selama ini lebih banyak dari atas kebawah akan berubah menjadi dua arah. Artinya lapisan elite politik dituntut untuk lebih mampu menghadapi pertanyaan ataupun kritik yang datang dari lapisan bawah.
2.Universality
Kemampuan untuk mengakses dunia informasi tidak lagi didominasi oleh lapisan tertentu saja, hal ini disebabkan oleh semakin turunnya biaya telekomunikasi dan perangkat elektronika. Juga akan meningkatkan jumlah rakyat (pemilik demokrasi) yang mampu berpartisipasi aktif. Akibatnya keterbukaan menjadi keharusan, tidak ada pihak yang dapat mengeksploitasi pihak lain karena semua memiliki akses yang sama terhadap informasi.
3.Channel capacity
Kemajuan dibidang elektronika seperti fiber optics, CD-ROMS, storage capacity, dll. telah memungkinkan pengolahan informasi yang volumenya luar biasa. Akibatnya sulit untuk dilakukan manipulasi fakta atau pengelabuan sejarah.
4.Content variety
Kebudayaan dunia segera akan mengalami perubahan karena begitu mudahnya terjadi pertukaran informasi budaya. Kebudayaan baru akan diwarnai oleh pertukaran nilai dan apresiasi atas keragaman budaya lain.
5.Low noise
Selama ini karena keterbatasan sarana komunikasi, kita harus menggunakan saluran tertentu saja untuk menyatakan pendapat. Dengan kemajuan teknologi komunikasi maka lembaga perwakilan seperti DPR dapat melakukan public hearing setiap saat dengan menggunakan free channels. Dengan demikian suara pemilik demokrasi dapat didengar langsung tanpa banyak gangguan diperjalanan
6.High speed
Tidak ada lagi perbedaan waktu untuk memperoleh informasi. Dunia telah menjadi kecil karena terhubungnya sarana telekomunikasi dan infomasi. Waktu dan penundaan masalah tidak lagi dapat menjadi senjata untuk menindas demokrasi.
Setelah tergulingnya Orde Baru, demokrasi dan kemajuan teknologi komunikasi informasi adalah satu persoalan dalam dua sisi sebuah koin. Sisi pertama, demokrasi dan reformasi yang menggebu-gebu memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi, sehingga demokrasi yang kita jalankan di jejaring internet terlalu bebas nilai dengan semaunya mencemarkan nama baik, menuduh seseorang, atau memfitnah atas nama kebebasan berpendapat, berekspresi, dan mengemukakan kebenaran. Sisi kedua, teknologi komunikasi informasi tercampur demokrasi-reformasi, menghasilkan apa yang disebut sebagai jurnalisme warga, yang secara definisi dirumuskan sebagai memainkan peranan aktif dalam proses pengumpulan, pelaporan, analisa, serta diseminiasi berita dan informasi. Kemajuan teknologi komunikasi informasi yang sekarang menjadi bagian kehidupan digital kita sehari-hari memang telah menghadirkan pilihan baru mengakses informasi seluas-luasnya. Jejaring internet memungkinkan semua warga negara Indonesia untuk memberikan sumbangsih kepada jurnalisme tanpa pelatihan formal.
Akan tetapi, perkembangan teknologi di Indonesia ini bukan tanpa kendala. Karena dengan keadaan masyarakat kita yang majemuk yang mempunyai latar belakang sosial ekonomi, sosial budaya, dan tingkat pendidikan yang berbeda akan menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kesiapan masyarakat dalam menerima, mencerna, dan memahami arus informasi yang makin canggih.
Makin derasnya arus informasi lintas batas negara yang disebabkan oleh kemajuan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi, memberikan dampak, negatif dan positif. Dengan demikian kita dihadapkan pada tantangan untuk dapat mengatasi dampak negatif yang diakibatkannya dan mengembangkan aspek positifnya bagi kemajuan bangsa.
Makin intensifnya arus informasi yang tidak lagi mengenal batas wilayah negara, mengakibatkan dunia akan menjadi ajang pertentangan berbagai kepentingan melalui arus informasi itu dan hanya yang memiliki keunggulan teknologi, finansial dan sumber daya manusialah yang mampu berperan serta dan mendapat akses dalam sistem informasi dan komunikasi global. Hal itu merupakan kenyataan dan tantangan yang harus dihadapi sejalan dengan perkembangan pembangunan nasional.
Perkembangan teknologi komunikasi yang sedemikian cepat ini, membawa dampak baik bagi pada gerakan demokratisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa & bernegara, antara lain :
a.Pengiriman berita menjadi lebih lancar.
Bisa kita lihat dengan menggunakan email, aplikasi chatting ataupun sms (short message service) sekarang ini kita dapat mengirimkan pesan kepada orang yang dimaksud dalam hitungan menit, bahkan detik. Tidak seperti ketika kita masih menggunakan kertas surat untuk megirimkan pesan, hal ini memakan waktu lebih lama.
b.Menjadi penghubung yang mampu mendekatkan diri antara gagasan dengan khalayak luas. manusia dari berbagai macam bangsa di dunia saling terhubung. Miliaran orang menggunakan teknologi komunikasi ini. Sepanjang periode yang sama, media sosial telah menjadi keseharian hidup masyarakat di seluruh dunia. Warga biasa, aktivis, konsultan politik, perusahaan telekomunikasi, penyedia perangkat lunak, pemerintah, semuanya menggunakan media sosial sebagai sarana penyebarluasan gagasan-gagasan mereka.
c.Media sosial meningkatkan kesadaran bersama melalui penyebaran pesan-pesan lewat jaringan sosial.
Di Indonesia, kesadaran bersama ini tampak pada gerakan satu juta facebookers "Cicak Melawan Buaya", yang menolak kriminalisasi KPK. Atau gerakan "Koin untuk Prita" yang mampu mengumpulkan ratusan juta koin untuk membayar denda sidang pencemaran nama baik rumah sakit Omni International yang dituduhkan kepada Prita Mulyasari.
d.Dalam bidang ekonomi teknologi komunikasi ini juga mempunyai peranan penting, yaitu dalam buku The World is Flat, Tom Friedman sudah meramalkan bahwa teknologi akan menjadi raja di mana mana. Friedman menggambarkan bagaimana teknologi digital mampu menghapus jarak antarnegara. Pertukaran informasi dan transaksi perdagangan bisa dilakukan langsung, hanya dalam hitungan detik.
Manfaat dari perkembangan teknologi tak perlu lagi diragukan. Namun jika ada manfaat, tentu ada pula mudarat, mulai dari skup kecil keluarga dan pribadi.
a.Kasus bullying lewat Internet bisa terjadi di mana-mana dan menimpa anak-anak hingga orang dewasa.
Bentuknya bermacam-macam, biasanya dikirim lewat email.
Pada anak kecil bisa dalam bentuk pengiriman gambar porno, pada orang dewasa bisa berupa pornografi , sampai upaya memunculkan kebencian yang berkaitan dengan ras.
b.Teknologi juga merasuki kehidupan rumah tangga.
Di satu sisi mempermudah komunikasi, di sisi lain juga menjauhkan. Masing- masing asyik dengan permainan teknologi, hingga akhirnya menaikkan tingkat perceraian.
Sebuah penelitian di Inggris menyatakan angka perceraian meningkat sejak ditemukan jejaring sosial pertemanan Facebook.
c.Dari segi psikologis dan kesehatan, teknologi juga bisa membuat kita menjadi lebih individual dan kecanduan.
Akibatnya kemudian berlanjut ke kesehatan fisik. Kurang bergerak menyebabkan kasus obesitas, jantung, dan penyakit gula di dunia meningkat.
d.Di bisnis musik, penurunan penjualan kaset dan CD bukan melulu karena nilai positif datangnya sebuat teknologi, tapi juga berkaitan pemanfaatan teknologi untuk melakukan pembajakan.
e.Dalam pusaran lebih besar, negara kini harus sudah mulai memikirkan UU Cyber Crime. Apalagi Indonesia masih juga menduduki peringkat lima besar dalam hal kejahatan dunia maya, mulai dari pembobolan kartu kredit sampai penipuan pembelian lewat online.
Di satu sisi kehebatan hacker dan cracker Indonesia diakui, di sisi lain memunculkan persoalan berkaitan dengan image dan keseriusan penanganan hukum di Indonesia. Michael Backman dalam bukunya “Asia Future Shock” menyebutkan internet dimanfaatkan oleh rezim-rezim otoriter Asia untuk menguping, memburu para pembangkang.Mereka menelusuri lewat alamat IP yang bisa mendeteksi komputer si pengirim hingga menyusup ke kalangan rumah tangga.
Solusi berbicara tentang mudarat teknologi, maka salah satu jalan untuk menangkisnya ialah dengan memahami dan mengikuti perkembangan teknologi itu sendiri. Tingkat pendidikan yang belum merata yang menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kesiapan masyarakat dalam menerima, mencerna, dan memahami arus informasi yang makin canggih.
Tidak semua berita yang ada di media itu benar, maka kita seharusnya dapat memilih mana yang baik dan mana yang tidak. Maka dari itu kita tidak boleh menelan mentah-mentah semua informasi yang ada. Kita harus menyeleksi, menelaah semua informasi yang kita dapat, sehingga kita tidak mudah terjebak dalam kebohongan public.
Di sini peran penting orang tua dalam mengarahkan anak-anak, karena mereka (anak-anak) belum dapat memilih mana yang baik dan mana yang tidak, maka pengawasan orang tua jelaslah penting. Untuk itu, pengetahuan teknologi tak bisa diabaikan. Sekarang ini, banyak software yang bisa digunakan untuk membendung arus informasi negatif lewat Internet.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090222054133AAoSArY
http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6007/
http://www.harian-global.com/index.php?option=com_content&view=article&id=56503:kekuatan-politik-media-sosial&catid=57:gagasan&Itemid=65
http://koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=43309
http://groups.google.com/group/soc.culture.indonesia/browse_thread/thread/33791e7ca5f6f4c7/3e1df273238cb331
http://riyanto131.files.wordpress.com/2010/07/9-globalisasi.ppt